Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di
Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan
diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India,
serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi
terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan.
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang
membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan
hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia
membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu
yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu
luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan
kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak
bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua
manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia
harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat
seksual), satyagraha (kekuatan
kebenaran dan cinta), swadeshi
(memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa
(tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus
melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan.
Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki
bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari
pemerintah Inggris, dan sebagainya. Bagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber
dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah,
dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya
pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip
bramkhacharya.
Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip
Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa
dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan,
sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui
kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang
bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan
sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi
suatu taktik pejuangan menyerang.